Siapa yangg tidak tahu Kalibening. Bagi warga Salatiga, kelurahan ini merupakan sebuah perkampungan yg sampai sekarang masih kental dengan tradisi santri. Ada PPHM yg sampai sekarang usianya sama dengan berdirinya organisasi paling besar di dunia yaitu NU.
Sepekan yg lalu, Presiden Joko Widodo mau mengunjungi Masjid yang berada di sebelah ponpes. Rencana boleh saja dibuat, namun kuasa-Nya lah yang menentukan. Presiden akhirnya tidak jadi mampir ke masjid, mengingat waktu yang sudah mepet siang. Presiden hanya mampir di Qoryah Toyyibah, yang dilanjutkan dengan meresmikan jalan tol Salatiga.
Satu hal yang paling menarik bagi saya adalah masjid, yg belum lama dibangun. Masjid tersebut dibangun menghabiskan dana 5 Milyar, dan alhamdulillah murni dibangun oleh swadaya masyarakat, tanpa proposal. Padahal, zaman sekarang banyak orang berlomba-lomba membuat proposal untuk membangun masjid dan yang sejenisnya. Itu masih mending, terkadang masjidnya malah fiktif belaka. Namun di Kalibening, sampai sekarang masih menggunakan sistem yg "salafiyyah'' atau menggunakan tradisi zaman dahulu. Biarlah orang berkata apa, namun paling tidak, warga Kalibening menunjukkan jika Islam itu mampu. Tidak ngemis ke sana dan ke situ, tidak membuat proposal ke toko yang ini dan yang itu. S
Masjid sebenarnya rumah Tuhan yang pasti akan jadi. Namun, terkadang manusia gengsi, tidak sabar untuk cepat selesai, ingin dipuji, ingin masjidnya bagus dan lain sebagainya. Sebenarnya kalau itu dituruti, tiada habisnya. Sifat setan yg melanda manusia, selama tidak distop selamanya tidak akan pernah berhenti.
Dari Kalibening, sesungguhnya dapat diambil pelajaran jika Islam mampu. Masjid merupakan rumah Tuhan yang pasti akan terjadi. Sebenarnya umat Islam itu mengajarkan untuk kaya, bukan untuk miskin. Namun kenyataannya, terkadang ada yg ngemis di jalan raya. Semoga umat Islam dapat belajar dari warga Kalibening jika Islam mampu, Islam kaya. Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment